Kamis, 05 November 2015

Pentingnya Asesmen Pada Proses Penyembuhan Pengguna Narkoba

          Asesmen merupakan cara salah satu kegiatan  pengukuran. Asesmen sendiri berasal dari bahasa To Assess/Assessment yang artinya menaksir/taksiran. Sifat atau cara kerja asesmen juga menjadi komprehensif Artinya asesmen bekerja secara utuh dan menyeluruh.

Menurut James A. Mc. Lounghlin & Rena B Lewis, “Proses sistematika dalam mengumpulkan data seseorang anak yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dihadapi seseorang saat itu, sebagai bahan untuk menentukan apa yang sesungguhnya dibutuhkan.
          Pada konteks bimbingan konseling, asesmen yaitu mengukur suatu proses konseling yang harus dilakukan konselor  sebelum, selama, dan setelah konseling tersebut dilaksanakan. Asesmen merupakan salah satu bagian terpenting dalam seluruh kegiatan yang ada dalam konseling (baik konseling kelompok maupun konseling individual). Karena itulah maka  asesmen dalam bimbingan dan konseling merupakan bagian yang terintegral dengan proses terapi maupun semua kegiatan bimbingan/konseling itu sendiri. Asesmen dilakukan untuk menggali dinamika dan faktor penentu yang mendasari munculnya masalah. Hal ini sesuai dengan tujuan asesmen dalam bimbingan dan konseling, yaitu mengumpulkan informasi yang memungkinkan konselor untuk menentukan masalah dan memahami latar belakang serta situasi yang ada pada masalah klien. Asesmen yang dilakukan sebelum, selama dan setelah konseling berlangsung dapat memberi informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi konseli. Dalam prakteknya, asesmen dapat digunakan sebagai alat untuk menilai keberhasilan sebuah konseling, namun juga dapat digunakan sebagai sebuah terapi untuk menyelesaikan masalah, dilain pihak asesmen merupakan kegiatan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan yang dimiliki konselor dalam memecahkan masalah konseli.  Asesmen yang dikembangkan adalah asesmen yang baku dan meliputi beberapa aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam kompetensi dengan menggunakan indikator-indikator yang  ditetapkan dan dikembangkan  oleh  konselor.

Pada kegiatan (Training On Trainer) bagi para petugas penyuluhan anti penyalagunaan narkotika dan obat-obat terlarang Dra.Riza Sarasvita, M.Si,MHS.,PhD menjelaskan tentang Asesmen Ketergantungan Narkotika. Karena ada dua langkah diagnosis gangguan penyalagunaan narkotika yakni Skrining dan Asesmen. Tujuan Asesmen klinis adalah :
  1. Menginisiasi Komunikasi dan Interaksi Terapeutik, artinya melakukan komunikasi bersama klien yang tak hanya hubungan secara sosial, tetapi lebih kepada komunikasi secara mendalam untuk membuka jalan bagi penyembuhan dan pengarahan kepada hal yang positif. Jadi melalui inisiasi ini, diharapkan dapat membantu klien untuk mendapatkan solusi terhadap masalahnya.
  2. Meningkatkan kesadaran tentang besar dan dalamnya masalah yang dihadapi klien tentang penggunaan NAPZA, klien harus diberi pengertian agar sadar bahwa penggunaan NAPZA yang dilakukan sangat menimbulkan masalah bagi dirinya pribadi maupun orang disekitarnya
  3. Mengkaji masalah medis dan kondisi lain yang perlu menjadi perhatian khusus.
  4. Menegakkan Diagnosis
  5. Menyusun rencana terapi
  6. Memberikan umpan balik
  7. Memotivasi perubahan prilaku, memberikan pandangan agar klien melakukan perubahan prilaku dalam dirinya untuk beralih pada pola hidup sehat dan normal. Tidak berhantung pada narkoba sebagai pelampiasan masalah. Upaya keras dalam menjalani proses untuk berhenti dari pemakaian narkoba, klien terus diberi semangat dan ditindaklanjuti penanganannya.
Poin-poin penting pada Asesmen seperti ;
  1. Riwayat penggunaan narkotika / Napza, Keterbukaan klien saat mulai menggunakan zat tersebut sangat diperlukan karena dapat menentukan solusi dalam bentuk apa yang perlu dilakukan untuknya. Jadi ketika asesmen, harus benar-benar bisa membuat klien bercerita sejujurnya dengan pancingan pertanyaan yang dapat membuat klien harus menceritakan semuanya. 
  2. Pemeriksaan fisik, penting dilakukan untuk mengetahui kondisinya. 
  3. Pemeriksaan Status Mental, karakter dan kondisi kejiwaaan klien harus diketahui 
  4. Pemeriksaan penunjang / Laboratorium, sebagai penguat dalam proses asesmen. 
          Pada kesempatan ini kami sedikit menjelaskan tentang  metode Addiction Severity Index (ASI) yang merupakan asesmen semi terstruktur yang menggali 7 domain seperti; Riwayat medis, Status Dukungan Hidup, Riwayat Penggunaan Alkohol, Riwayat Penggunaan Napza dan zat lainnya, informasi legal, Riwayat Keluarga / sosial, Riwayat Psikiatris.
Tujuan asesmen merupakan salah satu penunjang dalam program wajib lapor, melalui asesmen akan diketahui tingkat keparahan yang dialami oleh klien sehingga bisa dilakukan tindakan yang tepat. Pada tahap asesmen, perlu dijelaskan pada klien oleh konselor yang membantu proses ini tentang tujuan dari asesmen, agar klien dapat mengerti dan menjalani semua prosedur dengan baik. Jika klien dijelaskan prosesnya yang membutuhkan informasi menyeluruh, maka akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan baik klien atau konselor. Beritahukan juga kepada klien bahwa privasi-nya akan terjaga dan kerahasiaannya akan terjamin. Jika semuanya dijelaskan, klien akan merasa tenang dan leluasa menjalani proses asesmen ini.
        Dalam asesmen akan ada wawancara mendalam maka dibutuhkan teknik wawancara yang baik, seperti menggunakan pertanyaan yang terbuka dan gaya bahasa yang mudah dipahami, tidak menimbulkan konfrontasi. Jika klien merasa keberatan dalam menjawab suatu pertanyaan, hentikan sejenak wawancara, beri jeda untuk klien agar punya waktu untuk mempertimbangkan jawabannya. Pertanyaan ada baiknya disampaikan secara langsung tanpa harus berpanjang lebar dulu agar tidak terjadi suasana membosankan. Setelah proses wawancara selesai, biasanya ada pemeriksaan data lainnya, sebagai penunjang. Ada pemeriksaan fisik, kesimpulan yang didapatkan, diagnosis kerja, rencana terapi, persetujuan klien dan dokter.
       Kesimpulannya, asesmen dalam proses penyembuhan pada pengguna narkoba ini sangat diperlukan agar semua tahap berjalan dengan baik dan terarah, informasi yang dibutuhkan serta kondisi yang diketahui dengan baik akan memudahkan diagnosis secara efektif. Langkah asesmen dapat mempermudah program penyembuhan pada para pecandu NAPZA, sebagai dukungan terhadap program Indonesia bebas narkoba pada 2015. Dengan menyelamatkan para pengguna dan pecandu yang bukan pengedar. Berbagai upaya perlu dilaksanakan termasuk memberikan edukasi kepada para konselor, trainer atau relawan anti penyalahgunaan narkoba agar dapat menggunakan sistem yang baik, efektif dan tidak menyulitkan klien saat mereka ingin sembuh dari ketergantungan. Dukungan yang proaktif diperlukan agar diperoleh tindakan yang cepat, terarah dan tidak kecolongan. Fasilitasi mereka yang ingin sembuh, rangkul mereka yang merupakan korban dari penyalahgunaan narkoba agar mau direhabilitasi dan menjalani kehidupannya kembali. Langkah awal dengan asesmen, mereka akan merasa nyaman dan benar-benar paham akan arti pentingnya sebuah proses dalam penyembuhan. Kerjasama antara konselor, relawan dan klien atau korban penyalahgunaan narkoba akan memudahkan proses penyembuhan tersebut sehingga komunikasi dengan sistem kekeluargaan perlu dibangun dengan baik.

 SUMBER :

           Home Based Care (BALLATTA)
           Persaudaraan Korban Napza Makassar.